Artikel ini diterjemahkan dari artikel majalah New Scientist berjudul The Woman Who Can't Recognise Her Face, ditulis Helen Thomson dan dipublikasikan secara online pada Kamis (2/5/2013) lalu. Artikel dimuat dalam kolom Mindscape, kolom unik tentang ilmu otak yang membahas pengalaman orang dengan kondisi neurologi yang paling misterius.
Artikel ini membahas tentang seorang perempuan bernama Heather Sellers. Ia mengalami prosopagnosia, tak mampu mengenali wajahnya.
KOMPAS.com — Heather Sellers memiliki prosopagnosia, lebih umum dikenal dengan istilah buta wajah. "Saya tak bisa mengingat wajah manusia. Wajah manusia tidak istimewa bagi saya," katanya. "Saya tidak memproses informasi tentang wajah manusia seperti saya melakukannya pada mobil atau anjing. Ini bukan masalah visual, melainkan masalah persepsi," ungkapnya lagi.
Heather mengetahui sejak kecil bahwa ada sesuatu yang berbeda tentang caranya melihat dunianya, tetapi kondisinya tidak terdiagnosis sebelum ia berumur 30-an. "Saya selalu sadar bahwa ada yang salah, tetapi tidak mungkin bagi saya untuk memercayai persepsi saya tentang dunia. Saya sebelumnya didiagnosis mengalami kecemasan. Orangtua saya mengira saya gila," urai Heather.
Kondisi Heather diestimasikan dialami oleh 2,5 persen dari populasi dan umum ditemui bahwa mereka yang mengalaminya tak menyadari bahwa dirinya memiliki kelainan itu. "Dalam banyak hal, ini adalah kelainan yang tersembunyi," kata Heather. "Sangat mudah bagi otakmu untuk membuat kompensasi karena ada banyak cara yang bisa dipakai untuk mengidentifikasi seseorang: warna rambut, gaya berjalan, atau pakaian tertentu. Tapi, bertemu orang itu di luar konteks dan itu menghancurkan," imbuh Heather.
Saat anak-anak, Heather pernah terpisah dari ibunya ketika berada di pusat perbelanjaan. Staf toko mempertemukan kembali Heather dan ibunya, tetapi Heather bingung karena pada awalnya tak mengenali wajah ibunya. "Tapi, saya tidak sadar kalau saya tidak mengenalinya," katanya.
Kekacauan dijelaskan
Heather berusia 36 tahun saat dia menjumpai frase buta wajah di sebuah buku teks psikologi. "Saat saya melihat dua kata itu, saya tahu pasti bahwa itulah yang sama alami. Itu menjelaskan seluruh kekacauan yang saya alami," paparnya.
Heather kemudian bertemu dengan ilmuwan saraf dari Harvard University, Brad Duchaine, yang mendiagnosisnya memiliki satu dari tiga kasus paling buruk dari penyakit itu yang pernah dia jumpai.
Jadi, bagaimana rasanya tidak mengenali seseorang yang kau tahu? Heather mengatakan, kesulitan yang paling besar dari penyakitnya adalah saat tidak mampu mengenali seseorang yang dia kenal dekat, seseorang yang paling penting untuk dikenali.
Di sekolah di mana Heather mengajar Bahasa Inggris, ia tak kesulitan karena dia mengenali orang dari pakaian dan rambutnya serta meminta muridnya mengenakan tanda nama.
Tetapi, semua menjadi lebih sulit dalam sosialisasi. Sekali waktu Heather pernah menyapa orang yang salah di suatu pesta dan menaruh lengannya pada pria yang dikira adalah pasangannya. Saat kuliah, para lelaki meneleponnya dengan marah karena Heather tetap berjalan lurus tanpa menoleh dan menyapa, padahal sebelumnya mereka berkencan. "Saat itu saya berpikir, 'saya tak melihatmu, mengapa setiap orang membuat hidup saya sangat sulit?'"
Bukan cuma wajah orang lain yang tak bisa diingat, Heather juga tak bisa mengingat wajahnya sendiri. "Beberapa kali saya berada dalam keramaian di tangga berjalan dengan cermin di sisinya, lalu ada seorang perempuan bergerak dan saya menyingkir, hingga akhirnya saya menyadari 'oh, perempuan itu ternyata saya.'" Dia juga merasa terganggu ketika melihat foto dan tak mengenali dirinya.
Pemrosesan informasi wajah
Untuk mencoba memahami kondisi prosopagnosia, Duchaine dan rekannya merekam aktivitas otak dari 12 orang yang menderita prosopagnosia dan meminta untuk melihat wajah orang terkenal dan awam. Duchaine dan rekannya melihat bahwa bagian otak yang bertanggung jawab untuk menyimpan informasi visual aktif pada enam orang saat mereka melihat wajah orang terkenal.